Selasa, 13 Juli 2010

Pendeta Alex Jones: Pentakosta atau Katolik?

Pengantar:
Pembaca yang budiman, sngaja saya brosing tulisan ini secara lengkap, agar anda bisa membacanya dari awal hingga akhir tanpa terputus-putus, sehingga anda dapat mengerti dengan baik isinya. Semua kesaksian yang ada di blog saya sengaja saya muat untuk para pembaca terutama yang beriman katolik, agar iman kita semakin tumbuh kuat dan berkembang. apa yang anda ragukan dalam iman katolik anda, mungkin dapat dikuatkan setelah membaca kesaksian-kesaksian ini, sebab mereka yang memberikan kesaksian adalah bukan orang biasa....
Memang saya muat tulisan ini khusus diperuntukkan bagi katekumen di sekolah tempat saya mengajar, namun tidak menutup kemungkinan bagi anda yang beriman katolik, namun imannya meredup....Selamat membaca...


Rev. Alex Jones Pendeta Alex Jones telah mencapai puncak kesuksesan sebagai pendiri dan pastor senior dari sebuah fellowship Pentakosta yang terkenal di kota Detroit, yaitu Gereja Kristen Maranatha. Mayoritas kongregasi pimpinan pastor Jones adalah orang-orang kulit hitam, yang berakar pada aliran evangelikalisme Amerika yang biasanya banyak ditemukan di wilayah-wilayah perkotaan di Amerika Serikat - yaitu Gereja Allah dalam Kristus (Church of God in Christ).
Yang tidak umum adalah bangunan gerejanya yang berarsitektur gaya Ortodoks Yunani (lihat foto). Kubah yang didominasi dengan ubin berwarna hijau, dikelilingi oleh menara, minaret dan salib-salib. Di sebelah dalamnya, altar dan langit-langitnya dihiasi dengan portal-portal berwarna putih yang membentuk busur, pilar-pilar yang berlekuk-lekuk, dan kandelir (tempat lilin) berdaun keemasan. Di tempat inilah kebaktian mereka berjalan dengan penuh sukacita dan studi Alkitab mereka berlangsung dengan serius. Dalam situasi seperti inilah pastor Alex Jones menjabat sebagai pimpinan dari suatu keluarga gereja yang tumbuh subur yang juga meliputi istri dan anak-anak dari ketiga putera mereka.

Suatu ketika, pada suatu Rabu malam pada tahun 1998, pendeta Jones mengajukan suatu usul yang sederhana dan polos kepada kelompok studi Alkitabnya. Pada awalnya, kelompok studi itu menganggap idenya sebagai suatu hal yang baru. Ujung-ujungnya, hasil dari saran tadi membawa gereja tersebut pada pergolakan, perpecahan dan akibatnya reputasi pendeta Jones dipertanyakan di seluruh penjuru kota. Banyak orang berpikir pendeta Jones cuma sedang melalui suatu "fase" dalam hidupnya. Tetapi bulan demi bulan berlalu, dan orang-orang menganggap pendeta Alex Jones sebagai kombinasi terburuk dari penganut ajaran sesat dan orang tidak waras. Putera-puteranya memberontak dan sang istri bahkan memikirkan untuk minta cerai. Tetapi bagi orang-orang lainnya, pendeta Alex Jones sehat lahir-batin dan semata-mata telah menemukan kebenaran yang sesungguhnya atas Gereja Kristen. MCC

Apa yang telah pendeta Alex Jones lakukan adalah memberi saran supaya pada pertemuan malam Rabu berikutnya, kelompok studi Alkitab tersebut merekonstruksi tata ibadah gereja abad pertama. Menemukan kembali akar-akar kekristenan dalam para Bapa-bapa Gereja dari awal abad kedua adalah maksud tujuannya. Pendeta Jones sama sekali tidak bermimpi kemana hasil studinya itu akan membawanya. Seperti diceritakan oleh pendeta Jones, apa yang ditemukannya bukanlah Protestanisme, bukan pula Evangelikalisme, bukan pula Pentakostalisme, melainkan adalah Gereja Katolik! Padahal selama ini dia sendiri telah mengajarkan dari atas mimbar gereja bahwa Gereja Katolik dan Sri Paus tidak lain adalah sang "pelacur Babel" dan sang "Anti-Kristus" sendiri.

Dalam bulan-bulan berikutnya, dengan sengaja pendeta Alex Jones memimpin kongregasinya melalui sejumlah kritisisme dan kecurigaan. Mereka menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari perbedaan antara gaya ibadah Pentakosta yang sangat mereka kenal, dengan ibadah Katolik yang tidak mereka ketahui. Pada tanggal 4 Juni 2000, mereka sebagai kongregasi mengambil keputusan untuk maju. Bangunan gereja dijual. Pada tanggal 10 September 2000 mereka memasuki Gereja katolik bersama-sama sebagai peserta program katekumen. Setelah lebih dari tujuh bulan mengikuti program RCIA (Rite of Christian Initiation for Adults, = program katekumen), mereka akan menerima sakramen penguatan sebagai Katolik selama Misa Malam Paskah tahun 2001 yang akan berlangsung selama 4 jam. Sementara itu, pendeta Alex Jones telah memasuki seminari Katolik. Dia memang telah menikah dan punya anak, tetapi dia telah mendapat informasi bahwa Sri Paus telah membuat berbagai pengecualian. Suatu hari Alex Jones berharap ia boleh menjadi imam Katolik bagi kongregasinya.

Urut-urutan kronologis kisah perjalanan spiritual pendeta Alex Jones memiliki saat-saat yang mengesankan dan dramatis. Ditengah-tengah kisah ini adalah pendeta Alex Jones, seorang idealis, yang tanpa henti-hentinya berusaha untuk mencari kebenaran, dan memimpin kongregasinya untuk berhadapan dengan sejumlah konflik antara kultur, kelas sosial, rasial dan agama, empat bagian dari dokumentari ini. Gereja Kristen Maranatha berakar pada kultur yang inklusif dan sederhana. Sementara itu, banyak anggota kongregasi ini memiliki persepsi bahwa Katolikisme sebagai kultur yang ekskulif dan penuh ritual. Kebanyakan gereja-gereja perkotaan melayani kelas sosial yang lebih miskin; sedangkan Katolikisme dianggap hanya melayani mereka yang kaya. Pendeta Jones dan mayoritas kongregasinya adalah warga Amerika kulit hitam keturunan Afrika. Sementara itu tetangga-tetangga mereka yang Katolik, meskipun di wilayah dalam kota yang mayoritasnya kulit hitam, umumnya berkulit putih. Akan tetapi penghalang terbesar adalah iman kepercayaan. Pentakostalisme bukan sekedar Protestanisme, melainkan dua langkah lebih jauh melalui Evangelikalisme dan juga pengaruh gaya Karismatik atas iman Kristen. Kisah tentang terbukanya selubung kesalah-pahaman dan misrepresentasi antara Pentakostalisme dan Katolikisme yang memberikan motivasi kepada pendeta Alex Jones. Sementara dia menyelidiki kebenaran, kita berjalan disampingnya dan bersamanya menemukan interpretasi yang menarik terhadap Reformasi Protestan oleh kalangan Protestan di Amerika Serikat. Karena bukan hanya reformasi oleh Martin Luther dan John Calvin yang terjadi di Eropa yang memicu penyelidikan dan konflik yang ditemukan oleh pendeta Alex Jones, tetapi juga pola-pikir para pendiri-pendiri denominasi Protestan di Amerika Serikat yang tanpa dapat dihindarkan telah membawa iman Kristen kedalam kebebasan dan pilihan individualistis yang kuat.
St.Suzanne Parish Knocking on the door This is my story... Fr. DD blesses Alex

Ini adalah kisah pendeta Alex Jones. Dia mengisahkan kepada kita dengan kata-katanya sendiri melalui wawancara mendetail di depan kamera. Kita mendengar semangat dan kerinduannya yang menggambarkan bagaimana perjalanan spiritualnya. Obsesinya terhadap kebenaran dengan mempertaruhkan kenyamanan finansial dan ketentraman jasmani-rohani istri dan keluarga besarnya. Dari posisi sebagai pemimpin gereja yang dihormati dan dicari-cari, dia sampai dianggap tersesat dan dipermalukan. Dari posisi finansial yang nyaman, dia sampai harus rela menjual harta-benda gerejanya demi untuk bertahan hidup. Sementara Alex adalah fokus dari kisah ini, kita juga tidak mengabaikan pendapat yang berseberangan sewaktu kami mewawancarai anggota-anggota keluarga, para teman-teman, dan pendeta-pendeta lainnya dan para pengecam-pengecam pendeta Alex Jones. Kita akan melalui kisah ini melalui liputan dokumentari atas peristiwa-peristiwa seperti antara lain, diskusi yang menghangat antara pendeta Alex Jones dan istrinya Donna. Kita mendengar perbedaan pendapat teologis antara sang ayah, Alex, dan ketiga anak-anaknya, Joseph, Benjamin, dan Mark. Kita menjadi saksi ketika pengambilan suara dilakukan di gerejanya untuk memutuskan apakah mereka akan meninggalkan Pentakostalisme dan melakukan perjalanan yang sulit menuju Katolikisme. Dan kita menyaksikan dalam dokumentari ini (lihat foto-foto diatas) ketika pendeta Alex Jones menggedor pintu gereja Katolik terdekat dan meminta suaka dengan sejumlah anggota kongregasi yang mengikuti dibelakangnya. Suatu poin yang dramatis dalam kisah ini terjadi ketika pendeta Alex Jones dibujuk oleh seorang pendeta setempat untuk hadir dalam acara televisi siaran langsung dimana pemirsa bisa menelpon masuk. Di dalam show tersebut, pendeta Alex dipertanyakan, dicemooh, dan dipermalukan oleh sesama pendeta. Wawancara kami dengan pemilik stasiun televisi, tuan rumah acara show tersebut, dan sejumlah orang yang mewakili dari pihak pendeta , memberikan gambaran atas pentingnya kisah perjalanan pendeta Alex Jones dan hubungannya dengan para pastor-pastor gereja-gereja Pentekosta di kota Detroit.

Kita juga memiliki foto-foto dari masa kanak-kanak pendeta Alex Jones, sebagai seorang anak laki-laki, seorang murid sekolah, dan tahun-tahunnya ketika menjabat sebagai guru seni di sebuah sekolah negeri di kota Detroit. Lalu juga ada surat-surat rahasia antara pendeta Alex dan pihak Gereja Katolik dan rintangan-rintangan dari Keuskupan Agung Detroit yang curiga, hati-hati dan birokratis. Diantara hal-hal yang diminta oleh pihak Keuskupan Agung adalah supaya pendeta Alex Jones berhenti memberikan wawancara kepada pihak media massa. Cerita-cerita di surat kabar dan majalah telah mempertinggi perhatian masyarakat dan memicu emosi yang begitu tinggi sehingga seorang pendeta melakukan perjalanan 500 mil (~800 kilometer) sekedar untuk mengunjungi pendeta Alex, suatu hari yang tidak terlupakan. Sepanjang semua ini, kami mengunjungi pendeta Alex dan keluarga-gerejanya sewaktu mereka melakukan kebaktian, bernyanyi, berdoa, makan bersama, memungut suara bagi masa depan mereka dan mulai mempelajari akar-akar Kristen yang lama dan terlupakan. Sepanjang perjalanan yang langka ini, pendeta Alex Jones tampak semakin dikuatkan. Dia sungguh terpesona oleh apa yang telah dipelajarinya. Tetapi sama sekali tidak ada kesombongan, melainkan hanya semata-mata kerendah-hatian yang penuh dengan keyakinan dan menyolok.

Apakah perjalanan pendeta Alex hasil dari pikiran yang gila-gilaan, atau ini adalah akhir dari Reformasi Protestan? Salah satu pendeta di Detroit mengatakan bahwa perjalanan pendeta Jones boleh jadi merupakan transisi penting dalam sejarah Protestanisme. Pendeta Alex Jones punya kesan emosi yang kuat terhadap masa lalu dan boleh jadi dia sedang menjalankan peran yang historis dalam sejarah Kristen. Fakta bahwa perbuatannya telah menimbulkan oposisi yang menggunung dan serupa dalam gaya tetapi dalam arah yang berbeda dengan yang diambil oleh para reformer abad ke-16 seperti Martin Luther, tidak dilewatkan oleh pendeta Alex Jones. Karena serupa seperti Martin Luther, pendeta Alex Jones adalah seorang yang penuh hati nurani, intelektual dan semangat yang meluap-luap. Dan meskipun harus kehilangan sejumlah besar sahabat-sahabat seumur hidup, pelayanan sebagai pendeta, dan kenyamanan finansialnya, pendeta Alex Jones, seperti Martin Luther, sampai pada suatu titik dimana dia harus berkata, "Disinilah aku berpegang. Aku tidak dapat melakukan yang lainnya. Tuhan tolonglah aku."
Disadur dari website Stans Williams.
Alihbahasa Jeffry Komala
© www.gerejakatolik.net

Tidak ada komentar:

MATERI PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS XII: BAB V PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA INDONESIA

BAB V PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM  MEMBANGUN BANGSA INDONESIA                A.    Situasi Negeri kita saat ini 1.       ...