Pelajaran 10
Menjunjung Tinggi Martabat Manusia
·
Begitu banyak pristiwa di dalam masyarakat yang
menunjukkan adanya tindakan yang tidak menghargai martabat luhur manusia.
Bertindak semena-mena terhadap orang lain, menjadikan orang lain sebagai budak
yang harus selalu mengikuti kemauan kita, menggaji para pegawai/buruh dengan
upah yang sangat rendah, pelecehan terhadap jenis kelamin lain, menganiaya
orang lain, dsb. Merupakan contoh-contoh tindakan yang merendahkan martabat
luhur manusia.
·
Kisah para wanita yang mengalami tindak
kekerasan dan penganiayaan sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) hanyalah salah
satu pristiwa di antara begitu banyak peristiwa lain yang menunjukkan adanya
perendahan terhadap martabat luhur manusia. Dari berita-berita yang ada, kita
mengetahui bahwa tindakan yang merendahkan martabat luhur manusia antara lain
membuat penderitaan yang luar biasa bagi orang yang mengalami maupun
keluarganya . Bahkan penderitaan yang dialami ternyata dirasakan sepanjang
hidup, baik dalam hal fisik maupun kejiwaan.
Salah satu
peneybab utama dari tindakan yang merendahkan martabat manusia adalah tiadanya
etika hidup, menganggap kedudukan orang lain lebih rendah dari diri kita. Orang
lain tidak diperlakukan sebagai manusia tetapi sebagai barang. Orang lain tidak
diperlakukan sebagai citra Allah.
·
Menurut kisah Luk 19: 1-10, Zakheus dikenal
sebagai pemungut cukai. Pekerjaan ini dalam masyarakat Yahudi termasuk
pekerjaan yang “Basah” tetapi jahat. Pemungut cukai dianggap kolaborator atau
kerjasama dengan penjajah Romawi yang suka memeras rakyat. Dengan pekerjaan ini
orang bisa memperoleh kekayaan yang dapat menjamin kehidupannya setiap hari.
Zakheus pun sebagai pemungut cukai juga dikenal kaya. Namun karena pekerjaannya
itu ia diapndang sebagai orang yang berdosa oleh orang banyak.
·
Berbeda dengan masyarakat lain atau orang banyak
yang memandang kehidupan Zakheus sebagai pendosa dan patut dijauhi, Yesus
menerima Zakheus apa adanya dan menghargai dia. Yesus tidak menolak Zakheus. Yesus bahkan bersedia
makan di rumah Zakheus. Tindakan Yesus ini membawa suka cita bagi Zakheus.
·
Penerimaan Yesus yang menghargai Zakheus apa
adanya mendorong Zakheus berbuat kebaikan, seperti ia katakana kepada Yesus
“Tuhan setengah dari miliku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya
ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan kepadanya”
·
Tindakan Yesus kepada Zakheus menjadi contoh
konkret bagaimana seharusnya perlakuan manusia terhadap manusia lain. Sekalipun
dipandang sebagai orang yang rendah, berdosa karena memiliki pekerjaan sebagai
pemungut cukai (pajak), namun Yesus tetap memperlakukan Zakheus sebagaimana
mestinya. Zakheus tidak direndahkan tetapi dihargai martabatnya.
·
Banya tokoh pada zaman ini yang mengikuti jejak
Yesus untuk memperjuangkan martabat luhur manusia. Mahatma Gandhi, Ibu Theresa,
Rm. Mangunwijaya adalah tokoh-tokoh yang kita kenal karena perjuangan mereka
untuk tetap menempatkan manusia sesuai dengan marabatnya.
·
Dari tindakan Yesus dan tindakan orang-orang
yang ikut memperjuangkan keluhuran martabat manusia, kita dapat menemukan bahwa
bagaimanapun juga, sebagai citra Allah, manusia harus dihargai tanpa kecuali.
Segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan
puncaknya. Manusia tidak dapat diperlakukan sebagia objek untuk mencapai tujuan
yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Inilah sikap dasar yang
penting untuk pengembangan martabat manusia.
Pelajaran 11
Membela Kehidupan
·
Pada situasi sekarang ini semakin banyak
tindakan yang mencerminkan sikap tidak menghormati kehidupan seperti halnya yang
terjadi dalam kisah tadi.
·
Selain perbuatan semena-mena terhadap anak,
terjadi juga kekerasan, penculikan, pembunuhan, kesembronoan dalam berlalu
lintas, pengendara dan pemakaian narkoba dan tindakan –tindakan lain yang membahayakan
dan mengancam hidup orang lain maupun hidup orang itu sendiri.
·
Dalam teks Markus 12: 28-34, Yesus menyampaikan
hukum utama yakni Hukum Kasih yang menjadi dasar sikap yang dituntut Yesus pada
para murid-Nya. Dengan hukum kasih tersebut para murid dipanggil untuk
melindungi dan membela kehidupan. Menurut Yesus, kehidupan kita seharusnya
didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama kita.
·
Bagi Yesus tidaklah cukup kasih kita kepada
Allah hanya ditunjukkan dalam ungkapan iman dengan doa dan kurban. Kasih kepada
Allah seharusnya secara konkret terwujud dalam tindakan kasih kepada sesama.
·
Apa yang disampaikan Yesus dalam Markus 12:
28-34 memberi makna lebih mendalam dari firman kelima dalam Dasa Firman, yakni
“jangan membunuh”. Dalam firman kelima terkandung tuntutan untuk membela
kehidupan dengan tidak saling mengancam
hidup orang lain dan tidak membunuhnya, melainkan dengan bertindak berdasarkan kasih kepada siapa pun
juga sehingga setiap orang dapat hidup sebagaimana mestinya. Orang lain harus
kita perlakukan sebagai sesama kita.
·
Membela kehidupan secara lebih konkret dalam
dapat dilakukan dengan berusaha menjalani hidup sebaik-baiknya. Ketika kita
sakit, kita berusaha memperoleh kesembuhan dengan pengobatan dan perawatan.
Ketika sedang mengendarai kendaraan, kita tidak berlaku semberono yang
membahayakan keselamatan orang lain, tetapi berhati-hati dengan mengikuti
peraturan yang ada. Ketika ada orang lain yang mengalami kesulitan, kita
terbuka membantunya. Dengan cara-cara tersebut kita membela kehidupan
seturut semangat Yesus dan firman
kelima.
Catatan:
Aborsi dan bentuk pembunuhan lainnya
dilarang oleh Gereja, karena hanya Allah yang berhak mencabut nyawa manusia.
Euthanasia: Seorang dokter atas rasa
belaskasihan atau permintaan pasien sendiri mempersingkat hidup pasien(
kebanyakan dengan cara suntik mati).
Pelajaran 12
Memelihara dan Memperjuangkan
Kehidupan Secara Sehat
·
Maraknya konsultasi kesehatan yang dilakukan
oleh banyak orang menunjukan adanya upaya terus menerus untuk mengusahakan
hidup sehat. Dari konsultasi tadi kita dapat melihat bahwa umumnya gambaran
yang ada dalam masyarakat mengenai kesehatan lebih soal jasmani atau badan.
Namun sebenarnya kesehatan juga menyangkut hal rohani.
·
Selain narkoba kita menemukah bahwa drugs juga dimasukkan sebagai hal yang
dapat merusak hidup sehat. Selain itu pola makan yang kita jalani, makanan yang
serba instan, kebiasaan merokok, pornografi, pembentukan geng, dst. Merupakan
contoh-contoh yang dapat merusak hidup sehat. Hal-hal tersebut dapat merusak
bukan hanya bagi hidup perseorangan tetapi juga hidup bersama.
·
Berani menyatakan “tidak” merupakan salah satu
resep agar kita dapat hidup sehat. Terhadap tawaran untuk menggunakan narkoba,
minuman-minuman keras, pornografi melalui blue film, kita hendaknya berani menolaknya. Selain itu kita juga perlu
mengembangkan macam-macam hal dalam hidup kita dengan memperhatikan secara
seimbang baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Olah raga, makanan yang cukup
dan bergizi, hidup secara teratur dan istirahat yang cukup menjadi bagian dari
usaha memelihara kesehatan fisik. Sedangkan untuk dapat sehat secara rohani,
kita dapat mengusahakan dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain
melalui pergaulan kita, belajar mengendalikan nafsu dan emosi, menambah wawasan
dengan bacaan-bacaan positif, menjalankan kebiasaan untuk berdoa, dst.
·
Hidup menurut daging menurut Paulus adalah hidup
yang mengikuti hawa nafsu yakni hidup yang ditandai oleh usaha sebanyak
mungkin memenuhi kebutuhan jasmani/badan saja.
·
Ciri-ciri
hidup menurut daging menurut Paulus
adalah: Percabulan, kecemaran, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dsb. (Gal 5:
20)
·
Hidup menurut Roh menurut Paulus adalah hidup
yang lebih mengutamakan hidup rohani. Bukan terutama mengikuti
keinginan jasmani. Paulus menyebutnya dengan istilah hidup di dalam terang.
·
Ciri-ciri
hidup menurut Roh menurut Paulus adalah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Ga; 5: 22-23)
·
Setiap orang beriman menurut Paulus seharusnya
berani memperjuangkan kehidupan yang mengandalkan peranan ROH dan bukan
sebaliknya hidup menurut daging. Hidup yang sehat bukan hanya dari segi jasmani
melainkan juga dari segi rohani. Menurut iman kristiani, kesehatan bukan hanya
jasmani apalagi dengan pendewaan badan, melainkan juga dalam hal batiniah.
·
Dalam
Katekismus Gereja Universal artikel 2288 dan 2289 : Tentang kehidupan dan kesehatan:
1.
Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal
yang bernilai, yang dipercayakan Tuhan kepada
kita. Kita harus merawatnya dengan dengan cara yang bijaksana dan
bersama itu juga memperlihatkan kebutuhan orang lain dan kesejahteraan umum.
2.
Hidup sehat diusahakan dengan cara
menciptakan situasi hidup, dimana manusia dapat mengembangkan diri dan menjadi
matang dengan pangan dan sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan
dasar, lapangan kerja dan bantuan sosial yang memadai. Dengan kata lain seluruh
dimensi hidup baik itu fisik, mental, maupun spiritual manusia hendaknya
dipenuhi secara seimbang sehingga memiliki hidup yang sehat.
Pelajaran 13
Menjaga dan Melestarikan Lingkungan Hidup
·
Kerusakan lingkungan hidup terjadi dimana-mana.
Kerusakan itu membawa akibat yang mengancam hidup manusia: kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, keselamatan, dsb. Kerusakan alam lingkungan perlu
segera ditangani. Penanganan seharusnya tidak perlu menunggu bantuan dari luar,
melainkan dapat muncul justru dari inisiatif kita sendiri.
·
Di lingkugan kita sekarang ini, perusakan dan
pencemaran alam lingkungan terjadi dalam bentuk: pembabatan hutan untuk industri
kayu atau pemukiman yang tidak bertanggung jawab, pembuangan sampah dan limbah
yang sembarangan, pembunuhan binatang untuk bahan pakaian dari kulit binatang,
dsb. Perusakan ini memperlihatkan adanya tindakan yang keliru dalam sikap kita
terhadap alam ciptaan. Dengan kata lain, kerusakan alam lingkungan hidup pada
umumnya disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
·
Allah adalah Pencita seluruh alam semeta. Dia
mengubah kekacauan/ ketidakteraturan menjadi kehidupan yang teratur.
·
Alam semesta dengan segala isinya diciptakan oleh
Allah dalam keadaan baik. Manusia menjadi puncak karya ciptaan-NYa. Ia
diciptakan seturut gambar dan rupa Allah sendiri dan memperoleh kehidupan dari
hembusan Roh Allah sendiri. Manusia mendapat kepercayaan dari Tuhan untuk
menjadi wakil-Nya di bumi, menjadi penjaga, pemelihara dan pengelola dunia
ciptaan supaya semuanya tetap dalam keadaan baik dan berkembang kearah kebaikan
sebagaimana direncanakan oleh Allah sejak semula.
·
Dalam kenyataannya, manusia sering kali
menyalahgunakan kepercayaan yang diterimanya untuk kepentingannya sendiri. Ia
bukan merawat ciptaan melainkan merusaknya. Ia memandang alam hanya sebagi
objek untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari manusia
mau memanfaatkan alam, tetapi mengabaikan usaha untuk memeliharanya. Manusia
mengabaikan tugasnya untuk mengelola alam
ciptaan dengan baik. Manusia bertindak seakan-akan ia adalah pencipta, yang
mempunyai kekuasaan mutlak terhadap ciptaan lain.
·
Manusia harus kembali kepada panggilannya, yaitu
mengembangkan dan mengarahkan ciptaan kepada kesempurnaan. Untuk itu manusia
zaman sekarang dapat belajar dari Fransiskus dari Asisi yang menunjukan
bagaimana sikap yang tepat terhadap lingkungan hidup. Fransiskus mengalami
perjumpaanya dengan Allah melalui ciptaan, bagi dia, Allah telah
menganugerahkan segala sesuatu untuk digunakan dan dimanfaatkan, tetapi dengan
sikap tahu batas. Ia memberi contoh, ketika saudara-saudaranya pergi mencari
kayu bakar, diingatkan agar mereka tidak menebang seluruh pohon, melainkan
menyisakan tunggalnya agar pohon itu masih dapat tumbuh lagi. Seluruh alam
ciptaan/ lingkungan hidup menjadi tempat memuji Allah. Ciptaan juga menjadi
jembatan bagi manusia untuk bersyukur atas karya Allah, Sang Pencipta.
Pelajaran 14
Menghargai dan Mewujudkan Kejujuran
·
Ketidakjujuran akan membawa banyak akibat buruk,
antara lain: hubungan baik menjadi rusak, timbulnya rasa marah, perasaan tidak
tenteram, selalu khawatir, dsb.
·
Jika kita bertindak jujur, kita akan menjadi
tenang, gembira, dan puas. Kejujuran yang kita lakukan menciptakan kepercayaan
pada diri kita sendiri dan kepercayaan pada diri kita sendiri dan kepercayaan
orang lain kepada kita. Hubungan yang baik dapat terjadi karena kejujuran.
·
Ananias melakukan tindakan tidak jujur dengan
harta miliknya. Ia menahan sebagian dari miliknya untuk kepentingannya sendiri.
·
Ketidakjujuran Ananias dan istrinya membawa
akibat yang sangat fatal, yaitu kematian.
Dari kisah tersebut, kita dapat belajar bahwa ketidakjujuran bukan hanya
mendustai diri sendiri dan orang lain, tetap juga mendustai Allah (lih. Kis 5: 4). Sikap tidak jujur merusak hubungan dengan orang
lain dan dengan Allah. Orang yang tidak jujur berarti telah dirasuki oleh
iblis. Ia tidak melakukan kehendak Allah, melainkan kemauan iblis.
·
Tindakan Ananias dan Safirah yang dikisahkan
dalam teks Kis 5: 1-11 merupakan contoh konkret orang yang mudah mengikuti bujukan
setan sehingga mereka sepakat berbuat tidak jujur. Dusta Ananias dan Safira
menyangkut Roh Allah sendiri atau menghujat Roh Allah. Tindakan mendustai Allah
ini tidak terampuni. Orang tersebut menjadi tidak berpengharapan lagi, Ia
menjadi manusia yang mati.
·
Tuntutan untuk hidup dalam kebenaran juga
disampaikan Yesus. Di dalam Khotbah di bukit, Yesus menuntut para murid-Nya
untuk senantiasa berani bertindak jujur, “jika
ya, hendaklah kamu katakana ya, jika tidak kamu katakana tidak. Apa yang lebih
dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat 5: 37). Yesus menuntut setiap
orang untuk setia dan bertindak jujur. Yesus sendiri memberi teladan dalam
bertindak jujur dengan senantiasa menyatakan kebenaran. Bahkan seluruh hidup
Yesus adalah pernyataan kebenaran. Bertindak jujur berarti menyampaikan kebenaran pada
orang yang berhak mengetahuinya. Hal ini tidak berarti bahwa semua hal
harus disampaikan kepada siapapun. Dengan kejujuran kita tidak menutup mulut
terhadap orang yang berhak mengetahui apa yang kita ketahui. Kita tidak
mendustainya.
·
Banyak hambatan yang akan dijumpai ketika orang
memutuskan untuk bertindak jujur dan hidup dalam kebenaran. Rasa takut, gengsi,
merasa rugi, takut dicemooh, disingkirkan, atau kurang percaya diri merupakan
sebagian dari hambatan tersebut. Namun demikian, setiap orang seharusnya selalu
mengusahakan untuk bertindak jujur. Hanya dengan cara demikian, ia dapat
berkembang secara sehat dan juga memungkinkan perkembangan orang lain. Berbagai
persoalan dapat terselesaikan ketika kita bertindak jujur.
Pelajaran 15
Memperjuangkan Keadilan
·
Ada banyak bentuk ketidakadilan terjadi di
tengah masyarakat kita.
Ketidakadilan di
bidang politik, misalnya:
1. Kesewenang-wenangan
dan berbagai rekayasa yang dilakukan oleh penguasa demi mempertahankan
kekuasaanya;
2. Nepotisme
dan sikap penguasa yang diskriminatif;
3. Manipulasi
hukum dan peraturan oleh pengadilan dan aparat.
·
Ketidakadilan terjadi antara lain karena
keserakahan manusia yang mengambil hak orang lain. Ketidakadilan dapat pula
terjadi akibat tatanan masyarakat yang hanya menguntungkan sebagian kecil
orang, entah karena orang-orang itu mempunyai kekuasaan, kekayaan, relasi atau
hubungan dekat.
·
Akibat ketidakadilan antara lain terjadinya
jurang antara kaya dan miskin, antara penguasa dan rakyat jelata. Jurang ini
semakin lama semakin menganga, yang menyebabkan semakin terpinggir dan
miskinnya kaum tak berdaya. Mereka akan hidup miskin dalam semua bidang hidup,
politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
·
Kisah raja Salomo dalam 1 Raj 3: 16-28 menunjukkan
pada kita bagaimana Raja Salomo menangani masalah secara adil. Keputusan yang
diambil dilakukan dengan sangat teliti dan memeperhitungkan berbagai
kemungkinan yang ada. Ia tidak terjebak oleh masukan-masukan dari ibu yang
berpura-pura menjadi ibu sesungguhnya dari si bayi. Salomo mengambil keputusan
yang adil dengan dilandasi dengan kebijaksanaan.
·
Dari kisah tersebut, keadilan berarti memberikan
kepada orang apa yang menjadi haknya. Keadilan menurut pandangan iman
Kristiani memang berarti memberikan kepada setiap orang yang menjadi hak orang
tersebut. Keadilan merupakan salah satu keutamaan dasar manusia selain
kejujuran, kesetiakawanan, dan keberanian. Keadilan merupakan cara bertindak
yang didasarkan kemurahan hati dan
kasih.
·
Keadilan dalam iman kristiani bersumber dari
keadilan Allah sendiri. Keadilan berhubungan dengan cara Allah berada dan
bertindak. Allah itu Maha adil. Keadilan Allah terjadi atas dasar
belaskasih-Nya. Oleh karena itu, bertindak adil berarti memberikan kepada orang
lain apa yang mejadi haknya dengan semangat belas kasih seperti keadilan Allah
kepada kita yang juga didasarkan pada belas kasih-Nya.
·
Apabila keadilan semacam ini diterapkan dalam
perjuangan untuk melawan ketidakadilan berarti menerapkan keadilan dalam
semangat belas kasih pada sesama. Perjuangan menegakkan keadilan secara konkret
dapat kita lakukan dengan: bertindak
tanpa membeda-bedakan orang, bergaul dengan siapa pun juga tanpa kecuali, tidak
merampas milik orang lain, memberikan bantuan langsung pada orang-orang yang
mengalami ketidakadilan, membagikan barang yang kita punai yang dapat menolong
sesama, hidup tidak berpusat pada harta duniawi melainkan pada Kristus.
·
Perjuangan melawan ketidakadilan pada akhirnya
merupakan tuntutan iman Kristiani, yakni membangun
hubungan yang saling mengembangkan diri dan hidup kita. Dengan bertindak
adil, kita dapat ikut mendukung terciptanya hidup bersama yang tentram dan
damai.
Pelajaran 16
Sikap Gereja terhadap Agama dan Keparcayaan Lain
·
Pengalaman hidup bersama dengan penganut agama
dan kepercayaan lain merupakan suatu pengalaman yang sangat menyenangkan dan
bembahagiakan apabila bisa hidup dalam suasana rukun, damai dan harmonis.
·
Gereja Katolik juga senantiasa berusaha secara
nyata mendukung terciptanya persaduaraan sejati dalam kehidupan bersama
termasuk dalam hubungan antar umat berbeda agama dan kepercayaan.
·
Contoh tindakan Gereja antara lain ikut serta
dalam forum-forum dialog antar agama, baik dialog kehidupan maupun dialog
karya, misalnya saling membantu membangun rumah ibadat dan melaksanakan ibadat.
Pada saat ini kita bersama-sama, misalnya, mendirikan yayasan-yayasan yang
bergerak dalam aksi peduli kepada yang menderita tanpa membatasi pelayanan
untuk kelompok agama.
Dokumen Penting
Gereja Katolik sehubungan dengan sikap Gereja terhadap agama lain
1. Unitatis Redintegratio (Sikap Gereja
Katolik terhadap Gereja-Gereja Kristen)
2. Nostra Aetate (sikap Gereja Katolik
terhadap agama dan kepercayaan lain)
Pelajaran 17
Bersahabat dengan sesama yang Beragama dan Berkepercayaan Lain
·
Kutipan teks Kitab Suci tadi (Mat 8:5-13)
mengajarkan kepada kita tentang keterbukaan perwira Romawi dan keterbukaan
Yesus terhadap penganut agama lain.
·
Perwira Romawi yang dianggap masyarakat sebagai
orang kafir mau datang kepada Yesus yang beragama Yahudi.
·
Yesus sendiri tidak menolak kedatangan perwira
itu, Ia mendengarkan permintaannya bahkan siap untuk datang ke rumah si
perwira. Padahal, menurut adat istiadat Yahudi haram hukumnya untuk bergaul
dengan bangsa kafir seperti perwira Romawi itu.
·
Kisah tersebut mengandung pesan bahwa
murid-murid Yesus dipangil untuk bersikap terbuka, dan mau membangun
persahabatan dengan semua orang tanpa perbedaan agama/kepercayaan.
Pelajaran 18
Cita-Cita
·
Orang perlu memiliki minat terhadap cita-cita,
bukan karena disuruh atau dipaksa. Paksaan mengurangi daya juangnya.
·
Langkah-langkah
Untuk mencapai cita-cita:
1. Orang perlu memiliki bakat yang menunjang.
Orang yang tidak punya bakat sama sekali di bidang IPA atau Kimia, misalnya,
janganlah bercita-cita untuk menjadi dokter atau apoteker.
2. Dukungan financial yang memadai. Saat
ini biaya sangat menentukan untuk mencapai suatu cita-cita.
3. Perencanaan yang matang, ketekunaan, dan
ketabahan. Rencana yang matang dibutuhkan agar jangan sampai menyimpang di
tengah jalan. Ketekunan dan ketabahan dibutuhkan, karena dalam perjalanan
menuju cita-cita akan muncul banyak tantangan dan hadangan yang sering tak
terduga. Orang tidak boleh kendur dan patah semangat.
Perjuangan
mencapai cita-cita hidup mempunyai maknanya sendiri seperti yang dapat kita
petik dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (Rm 9:21): “Apakah tukang
periuk tidak mempunyai hak atas tanah litanya, untuk membuat dari gumpal yang
sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain
untuk menyadari bahwa kita berhak dan bebas untuk menentukan cita-cita kita
masing-masing. Tentu saja sejauh perwujudan cita-cita itu tidak merugikan orang
lain atau bertentangan dengan kehendak Allah. Allah itu maha baik dan mencitai
manusia, maka yang sesuai dengan kehendak Allah ialah yang bermanfaat bagi kita
dan sesama kita.
Selain itu,
dalam suratnya kepada orang Filipi (Flp 3: 14), Paulus menegaskan “… dan berlari-larilah kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Inilah
seharusnya yang menjadi tujuan akhir dari segala kegiatan yang kita lakukan,
termasuk juga dalam memperjuangkan cita-cita. Cita-cita manusia yang terakhir
adalah keselamatan.
Untuk
mendapatkan keselamatan orang harus mengabdi Tuhan dan sesama. Pada zaman ini,
pengaruh dari mass media yang begitu gencar dan tidak selalu sehat terhadap
para remaja akan membuat mereka mudah tertipu dalam memilih dan mencapai
cita-cita mereka. Umumnya, dambaan orang adalah menjadi kaya, punya rumah, mobil
bagus, dan hidup enak. Hampir tak ada atau amat sedikit orang yang bercita-cita
menjadi pejuang ataupun menjadi orang yang berjasa bagi masyarakat. Memang, tak
seorang pun yang bercita-cita menjadi penjahat atau koruptor, tetapi banyak
orang terobsesi untuk mencapai kesejahteraan pribadi ataupun keluarganya.
Kebutuhan masyarakat atau kebutuhan bangsa jarang sekali menjadi keprihatinan
dan menjadi pertimbangan untuk menentukan cita-cita.
Pelajaran 19
Sakramen Perkawinan
·
Perkawinan sering diartikan sebagai persekutuan
antara pria dan seorang wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang total dengan
persetujuan bebas dari keduanya.
·
Selain pandangan tersebut, ada orang yang
memandang bahwa perkawinan sebagi kontrak atau perjanjian.Pandangan lain lagi
lebih menekankan perkawinan dari segi tujuannya yakni adanya anak atau keturunan.
·
Ada yang menghubungkan perkawinan sebagai usaha
untuk memperoleh status, harta warisan, kekuasaan, dan sebagainya.
·
Pandagnan-pandangan tentang perkawinan akan menentukan
penghayatan hidup perkawinan. Apabila perkawinan dipandang hanya sebagai usaha
mencari status, maka orang tidak akan peduli terhadap pendidikan anak di dalam
keluarganya. Demikian juga, jika alasan utama pernikahan adalah warisan atau
harta, maka hubungan antar suami dan istri hanya didasarkan pada kepentingan
ekonomi. Dengan demikian, hubungan antar anggota keluarga, terutama suami dan
istri bukanlah hubungan antar pribadi.
·
Adanya pemahaman yang keliru tentang perkawinan
menjadi salah satu sebab banyaknya hidup perkawinan yang patah di tengah jalan.
Kegagalan dalam hidup berkeluarga yang berakhir dengan perceraian terjadi
karena masing-masing pihak kurang memahami secara benar hakikat dan tujuan
perkawinan. Nilai-nilai hidup perkawinan yang luhur kurang disadari.
·
Dalam pandangan
Kristiani, perkawinan dipahami bukan hanya menyangkut hubungan antara
seorang pria dan seorang wantia yang sepakat hidup bersama, melainkan adanya
keterlibatan Allah di dalamnya, Di dalam hidup perkawinan hubungan tersebut
terjadi karena Allah yang menghendaki dan
memberkati.
·
Perkawinan
disebut sakramen karena melambangkan
hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya (lih.
Ef 5: 22-33). Dengan hidup sebagai persekutuan yang didasarkan kasih perkawinan
memperlihatkan dan melambangkan kasih Allah kepada manusia dan kasih Yesus
kepada Gereja-Nya.
·
Hubungan antara seorang pria dan seorang wanita
yang diikat dalam perkawinan adalah hubungan antar pribadi yang didasari pada
kasih. Oleh karena itu, mereka akan hidup sebagai suatu persekutuan seperti
halnya hidup Gereja sebagai persekutuan.
·
Persekutan antara pria dan wanita dalam hidup
perkawinan tampak dalam seluruh hidup mereka: tempat tinggal yang sama,
pengelolaan harta milik secara bersama, tanggung jawab terhadap pendidikan anak
secara bersama, dsb.
·
Tujuan perkawinan
Kristiani adalah kesejahteraan suami
istri sebagai pasangan, keturuan atau
kelahiran anak, pendidikan anak, dan kesejahteraan masyarakat.
·
Dalam
perkawinan Kristiani tidak dikenal adanya perceraian. Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (lih.
Mrk 10: 9).
·
Ciri-ciri
atau sifat-sifat perkawinan Kristiani,
1.
Tidak terceraikan: Tidak ada istilah cerai
dalam perkawinan karena Allah yang mempersatukan, kecuali oleh karena kematian.
2.
Perkawinan Kristiani bersifat monogam. Artinya
perkawinan terjadi antara seorang pria dan seorang wanita. Cinta antara suami
dan seorang istri bersifat total atau tak terbagikan. Seorang suami harus
mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri (lih. Ef 5: 28). Demikian juga istri terhadap suaminya
·
Dengan menghayati hidup perkawinan sebagai
sakramen, maka keluarga Kristiani akan dijiwai oleh rahmat cinta kasih Allah
dalam pelaksanaan tanggung jawabnya. Keluarga akan dapat membentuk diri sebagai
Gereja mini di mana kasih Allah menjadi dsasr hidup di dalam keluarga dan iman
Kristiani diperdalam dan dikembangkan oleh seluruh anggota keluarga.
Pelajaran 20
Sakramen Imamat
·
Sakramen Imamat diadakan untuk mengangkat
orang-orang beriman dengan panggilan khusus untuk menjadi pelayan Gereja, untuk
mengajar, menguduskan, dan memimpin umat.
·
Menjadi seorang imam merupakan panggilan yang
menurut orang untuk menerimanya, bersedia meninggalkan segala-galanya untuk
mengikuti Yesus, dan bersedia untuk diutus.
·
Para rasul dan para penggantinya yang kini
disebut uskup mendapat kuasa untuk merayakan perjamuan Tuhan dan untuk
mengampuni dosa. Uskup kemudian melimpahkan kuasa ini juga kepada para
pembantunya, yaitu para imam.
·
Seorang imam bertugas menjadi pemersatu dan
gembala bagi umat yang dipercayakan kepadanya. Imam menggembalakan umat baik
dalam bidang liturgi, bidang pewartaan, bidang persaudaraan, dan bidang
pelayanan.
·
Hidup imamat mengikuti teladan Yesus sendiri
sebagai gembala yang sejati
·
Syarat-syarat
menjadi imam:
1. Seorang
beriman yang sudah dipermandikan secara Katolik dan sudah menerima Sakramen
Krisma;
2. Seorang
beriman dan berperilaku baik;
3. Mempunyai
motivasi yang kuat dan luhur untuk menjadi imam;
4. Sehat
secara jasmani dan rohani;
5. Mengikuti
pendidikan calom imam di seminari:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar