PELAJARAN 1
1. “
Citra” dapat diartikan sebagai gambaran, rupa
Misalnya seorang
anak dapat menjadi gambaran orangtuanya dalam beberapa hal :
Bentuk tubuh,
warna kulit, sifat, hobi dan karakter.
Dengan demikian,
anak tersebut dengan menampilkan gambaran orangtuanya.
Gambaran tentang
orangtua dapat dikenali melalui pribadi anak tersebut.
2. Dalam
Kejadian 1:26-27 diceritakan bahwa sejak awal penciptaan, Allah berkehendak
menjadikan manusia sebagai citra-Nya dan Ia mewujudkan seperti rencana-Nya.
Ayat 26
berbunyi, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita….”
Sementara ayat
27 menyebutkan “ Allah menciptakan manusia menurut gambaran Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.
3. Manusia
diciptakan sebagai citra Allah berarti manusia diciptakan sebagai gambaran diri
Allah.
Manusia serupa
dan segambar dengan Allah sendiri. Pribadi manusia merupakan cerminan paling
jelas dari Allah yang hadir di tengah-tengah manusia.
4. Karena
manusia diciptakan sebagai citra Allah, manusia memiliki martabat pribadi yang
luhur.
Keluhuran
manusia terpancar dari kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepadanya,
yakni akal budi/pikiran, hati nurani/perasaan, dan kehendak bebas, yang
membedakannya dari ciptaan lain.
Akal Budi / daya
– cipta : daya yang dimiliki manusia untuk mengerti dan manyadari
Dirinya, dunia
sekitar, dan Penciptanya.
Fungsi akal budi
:
·
Menciptakan sesuatu yang mempermudah / memperlancar
kehidupannya.
·
Mengendalikan diri atau yang diluar dirinya
·
Mampu berbuat sesuatu dengan sadar
·
Mengembangkan dirinya dan membuat sejarah dalam
hidupnya
·
Membangun hubungan yang khas dengan sesame dan
Penciptanya.
Hati nurani /
rasa : suara dalam hati manusia yang memerintahkan untuk berbuat baik
Dan melarang
berbuat jahat.
Kebebasan/karsa
: Kemampuan manusia untuk memilih, menentukan, dan memutuskan sesuatu secara bertanggung jawab.
5. Dokumen
Gereja yang berbicara tentang martabat luhur manusia sebagai citra Allah salah
satunya adalah Gaudium et Spes yakni
salah satu konstitisi dogmatis dalam Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja
dalam dunia modern (GS). Sebagai citra-Nya manusia sangat dikasihi Allah (GS,
art 12). Manusia “di dunia merupakan mahluk yang dikehendaki Allah demi
diri-Nya sendiri” (GS, art 24).
6. Sebagai
citra Allah, manusia dipanggil untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah
sehingga pikiran dan tindakan hendaknya sesuai dengan gambaran Allah sendiri.
Manusia tidak bisa mencitrakan Allah yan baik, Allah yang pengampun, murah hati
, dan adil bila manusia tidak berbelas kasih dan menunjukkan kebaikan terhadap
sesama; manusia tidak mau mengampuni sesama; manusia saling menghina, dan tidak
perduli terhadap kaum miskin.
PELAJARAN 2
1.
Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kita
diberikan kelebihan yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain. Secara istimewa
Tuhan menganugerahi akal budi, hati nurani dan kehendak bebas.
Kelebihan-kelebihan itu menjadikan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna.
Bahkan, manusia disebut sebagai gambar atau citra Allah sendiri.
2.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengetahui
bahwa banyak tindakan manusia yang belum mencerminkan panggilannya sebagai
citra Allah, baik terhadap lingkungan alam maupun terhadap sesama manusia .
Kerusakan alam, perburuan terhadap binatang – binatang yang dilindungi, kurang
perduli dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah sembarangan
, eksploitasi kekayaan alam, penebangan liar, penganiayaan, pembunuhan ,
pelecehan seksual, serta perdagangan wanita dan bayi merupakan contoh nyata
dari tindakan manusia yang tidak mencerminkan citra Allah. Semua itu disebabkan
oleh egosime, keserakahan, dan kekurang pedulian manusia terhadap ciptaan Tuhan
yang lain.
3.
Kitab suci menegaskan bahwa manusia ialah citra
Allah yang diberi tugas untuk berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung
di udara, atas ternak, atas seluruh bumi, atas segala binatang melata yang
merayap di bumi ( Kej 1:26). Ini berarti Allah memberikan tugas kepada manusia
untuk berkuasa atas ciptaan-Nya yang lain, tetapi bukan untuk berkuasa atas
manusia yang lain.
4.
Kuasa yang diberikan Allah bersifat terbatas.
Karena itu, manusia tidak bisa menjalankan kekuasaan itu dengan sekehendak
hatinya. Kuasa itu hendaknya diartikan secara positif dan dijalankan sesuai
dengan kehendak Allah sendiri.
5.
Prinsip-prinsip yang menjadi landasan manusia
dalam menjalankan panggilannya sebagai citra Allah.
a.
Menyadari bahwa segala sesuatu berasal dan
diciptakan Allah serta terarah pada pencipta-Nya
b.
Menyadari bahwa setiap mahluk memiliki kebaikan
dan kesempurnaannya sendiri.
c.
Semua
mahluk dan ciptaan Tuhan mempunyai ketergantungan satu sama lain dan saling
melengkapi secara timbal balik.
6.
Sikap-sikap yang harus kita miliki ialah
bertanggung jawab dan berupaya menampilkan citra Allah itu dengan menjaga,
merawat, melestarikan, menyayangi, dan menghormati ciptaan yang lain, bukan
dengan menghancurkan atau menguasai.
ü
Faktor utama penyebab manusia sulit mencerminkan
panggilannya sebagai citra Allah adalah :
·
Egoisme
·
Keserakahan manusia
·
Acuh tak acuh
ü
Merendahkan martabat manusia berarti menghina
Pencipta-Nya sendiri
ü
Dalam Kejadian 1:26-30, ditegaskan bahwa
panggilan manusia sebagai citra Allah adalah :
·
Beranak cucu dan bertambah banyak
·
Memenuhi bumi dan menaklukannya
·
Menguasai ciptaan Allah yang lain
·
Panggilan luhur tersebut ditempatkan dalam
konteks karya keselamatan Allah yang universal yang dikehendaki oleh Allah
sendiri, yaitu keselamatan manusia erat kaitannya oleh sikap manusia terhadap
ciptaan Allah yang lainnya.
PELAJARAN 3
1 Setiap manusia itu unik: tidak ada duanya. Tuhan
menciptakan manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Kekurangan dan
kelebihan itu tampak dalam aspek fisik maupun psikologis. Bisa juga tampak
melalui seberapa banyak kemampuan yang dimiliki dan dipraktekannya dalam hidup
sehari-hari.
a.
Talenta adalah kemampuan khusus yang dengannya
seseorang dapat mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang utuh serta dapat
melayani sesama.
b.
Firman Tuhan tentang talenta dapat kita temukan
dalam Matius 5:14-30.
Dalam perumpamaan tersebut digambarkan ada dua sikap terhadap talenta
yang diberikan:
·
Bertanggung jawab dan mengembangkannya sehingga
menghasilkan buah yang berlipat ganda.
·
Tidak
berbuat apa-apa sehingga tidak menghasilkan dan tidak berkembang
·
Perlakuan Yesus terhadap dua sikap tersebut juga
berbeda, yakni :
·
Bagi yang mengembangkan : dipuji & diajak
berbahagia bersama tuannya.
·
Bagi yang tidak mengembangkan: talentanya akan
diambil kembali dan mendapat hukuman dari tuannya.
2. Tuhan memberikan kemampuan yang berbeda-beda
kepada manusia. Kitab Suci mengisahkannya melalui perumpamaan tentang seorang
tuan yang memberikan talenta dengan jumlah yang berbeda-beda kepada
hamba-hambanya. Hamba yang bertanggung jawab dan mengembangkan talenta akan
mendapat hasil yang berlipat ganda, dipuji oleh tuannya dan diajak untuk
berbahagia bersama tuannya. Sementara hamba yang malas mengembangkan talenta
tidak mendapatkan apa-apa dan tidak berkembang. Ia mendapat hukuman dari
tuannya.
3 Tuhan menghendaki agar kita tidak menjadi orang
yang malas, tetapi menjadi orang yang sadar akan kemampuan masing-masing dan
mengembangkannya dengan berbagai cara.
Karena kemampuan berbeda-beda, kita perlu saling
mengisi, saling belajar,dan saling melengkapi sehingga kemampuan kita dapat
berkembang. Orang-orang yang memiliki kemampuan lebih harus bisa
memanfaatkannya untuk membantu sesama yang belum mampu.
5 Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk
mengembangkan kemampuan atau talenta kita.
a.
Coba menirukan bakat atau kemampuan orang lain
b.
Bertanya atau minta diajari orang lain
c.
Melatih diri terus menerus
d.
Bergabung dalam suatu kelompok, misalnya klub, sanggar, atau kelompok – kelompok yang
memiliki bakat atau kertertarikan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar