Minggu, 01 Desember 2019

MATERI PELAJARAN AGAMA KATOLIK KLS XII: BAB IV DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARAUMAT



BAB IV 
DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARAUMAT
  
        I.            BERDIALOG DENGAN UMAT KRISTEN PROTESTAN
1.      Sejarah singkat Perpecahan Gereja
a.      Gereja Lutheran
Keadaan Gereja pada abad XVI sangat jelek. Gereja terlibat dalam banyak urusan duniawi. Paus menjadi sangat berkuasa dan memegang supremasi, baik dalam urusan Gereja maupun kenegaraan. Sementara itu, terjadi juga pemilihan paus yang tidak pantas seperti Paus Alexander VI dan Leo IX.Sering terjadi kasus korupsi dan komersialisasi jabatan Gereja.Banyak pejabat gereja menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas rohani mereka, sehingga imam-imam paroki tidak terdidik, hidup dengan istri gelap, seringkali bodoh, tidak mampu berkotbah, dan tidak mampu mengajar umat.Keadaan semacam ini terjadi dalam kurun waktu yang lama.Teologi skolastik menjadi mandul dan masalah dogmatis dianggap sebagai perdebatan tentang hal sepele antara aneka aliran teologis.Banyak persoalan teologi mengambang dan tidak pasti.Banyak kebiasaan dalam umat belum seragam. Iman bercampur takhyul, kesalehan berbaur dengan kepentingan duniawi. Agama sering merupakan rutin sosial sehari-hari, yang profan dan yang suci bercampur aduk.
      Dalam situasi seperti itu, banyak orang yang bermaksud untuk memperbaharui hidup Gereja, namun tidak ditanggapi. Kemudian, tampilah Marthin Luther.Luther mula-mula menyerang masalah penjualan indulgensi. Kemudian, ia membela beberapa pandangan baru, khususnya ajaran tentang “pembenaran hanya karena iman” (sola fide). Luther menyerang wewenang paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya dengan bertumpu hanya pada Alkitab sesuai dengan tafsiran sendiri.
      Luther semula pasti tidak menginginkan perpecahan. Ia ingin memelopori pembaharuan. Tetapi ia terseret oleh arus yang disebabkan oleh rasa tidak puas yang umum dalam umat yang mendambakan pembaharuan yang bentuknya kurang jelas. Ajaran - ajaran para teolog yang mendukung perbuatan-perbuatan saleh, kini diragukan Luther. Indulgensi, stipendia  untuk misa arwah, sumbangan untuk membangun Gereja bersama dengan patung-patung yang menghiasinya, pajak untuk roma, ziarah dan puasa, relikui dan kaul-kaul, semua tidak ditemukan dalam Kitab Suci, maka ditolak oleh Luther.Luther menegaskan : semuanya itu tidak bermanfaat untuk memperoleh keselamatan. Yang perlu hanya satu: beriman (sola fide). Orang yang percaya dibenarkan Allah tanpa mengindahkan perbuatan baik manusia (sola gratia). Lalu dengan sendirinya orang yang dibenarkan itu akan berbuat baik dengan bebas dan tenang, bukan karena cemas akan keselamatannya. Jadi, rasa lega membuat orang tertarik kepada kotbah Luther yang disebarluaskan di seluruh Jerman.
      Sola fide –fides ex audition- “hanya iman, dan iman karena mendengar” itu sudah cukup untuk menjamin keselamatan. Maka, tujuh sakramen tidak penting lagi, selibat tidak berguna, hidup membiara tidak berarti. Semuanya ini “buatan paus” saja untuk mengejar kuasa dan untung. Maka, imam, biarawan, dan suster berbondong-bondong meninggalkan biara mereka masing-masing.
      Luther didukung oleh banyak kelompok dengan alasan berbeda-beda, misalnya para bangsawan yang mengingini milik biara, warga kota yang mendambakan kebebasan berpikir, para petani yang ingin lepas dari kerja rodi dan pajak, para nasionalis yang membenci privilege Roma, para humanis yang ingin membuang kungkungan teologi skolastik, pemerintahan kota-kota kerajaan yang mencium kesempatan memperluas wewenang mereka di kota. Maka, Luther tampil sebagai pahlawan pembebasan. Ia disambut dengan antusias. Orang mengira akhirnya pembaharuan sungguh-sungguh dimulai juga. Mula-mula Roma kurang menyadari apa yang terjadi, kemudian bereaksi salah, sehingga tidak mampu mengarahkannya lagi.
      Banyak hal baru dimulai, namun tidak jarang merupakan perusakan yang alam saja.Bukan reformasi Gereja yang lama.Tetapi, orang sudah menunggu terlalu lama.Mereka tidak sabar lagi.Maka, ekskomunikasi Luther oleh paus (1520) dan pengucilan oleh kaisar (1523) tidak dapat membendung gerakan ini lagi.Roma tidak memahami reksi dahsyat di Jerman ini dan masih lama bertindak seperti pada abad-abad sebelumnya.Luther juga mulai menyerang umat yang setia kepada paus.Tuntutannya semakin radikal.Persatuan Gereja tidak dapat dicari lagi, bahkan diboikot.Para bangsawan yang mendukungnya tidak tertarik pada persatuan kembali, karena antara lain milik Gerejani yang mereka rampas tidak mau mereka kembalikan. Unsur keagamaan, politis, dan pribadi di kedua belah pihak menyulitkan persatuan kembali. Reformasi selesai; umat terpecah-belah ke dalam kelompok katolik, Lutheran, kalvinis, anglikan dan sebagainya.

b.      Gereja Kalvinis
Tokoh reformasi lain adalah Yohanes Calvin (1509-1564). Tokoh ini tidak jauh berbeda dengan Luther.Ia ingin membaharui Gereja dalam terang Injil. Calvin dalam bukunya yang berjudul Institutio Christianae Religionis”menggambarkan Gereja dalam dua dimensi, yakni Gereja sebagai persekutuan orang-orang terpilih sejak awal dunia yang hanya dikenal oleh Allah dan Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya di dunia mengaku diri sebagai pengikut Kristus dengan ciri-ciri pewartaan Injil danpelayanan sakramen-sakramen.Pengaturan Gereja ditentukan oleh struktur empat jabatan, yakni pastor,pengajar, diakon, dan penatua.

c.       Gereja Anglikan
Anglikantisme bermulapada pemerintahan Henry VIII 1509 – 1547.Di Inggris raja Henry VIII menobatkan dirinya sebagai kepala Gereja karena Paus di Roma menolak perceraiannya. Anglikantisme menyerappengaruh reformasi,namun mempertahankan beberapa corak Gereja (Uskup – Imam – Diakon), sehingga berkembang dengan warna yang khas.                                                Gereja menteng
Komuni Anglikan adalah afiliasi sedunia dari Gereja-gereja Anglikan."Gereja Anglikan" selalu mempunyai otoritas yuridis yang universal, karena setiap gereja nasional atau regional mempunyai otonomi yang penuh. Seperti yang tersirat dari namanya, Komuni Anglikan adalah asosiasi dari gereja-gereja ini yang memiliki komuni penuh atau persekutuan dengan Gereja Inggris (yang dapat dianggap sebagai "gereja induk" dari komuni sedunia, dan secara khusus dengan primatnya, Uskup Agung Canterbury. Dengan lebih dari 70 juta anggotanya, Komuni Anglikan adalah komuni terbesar ketiga di dunia, setelah Gereja Katolik Roma dan Gereja-gereja Ortodoks Timur.
Raja atau Ratu Britania (sekarang ini Elizabeth II), secara konstitusional memegang gelar sebagai "Pemimpin Tertinggi Gereja Inggris".Namun pada praktiknya, kepemimpinan administratif gereja berada di tangan Uskup Agung Canterbury. Komuni Anglikan sedunia yang terdiri atas gereja-gereja nasional atau regional yang independen mengakui Uskup Agung Canterbury sebagai semacam pemimpin 'simbolik'. Dr. Rowan Williams telah menjadi Uskup Agung Canterbury sejak 2002.
Selama hampir seribu tahun Inggris menjadi bagian dari Gereja Katolik Roma.Pada 1534 Gereja di Inggris memisahkan diri dari Roma, pada masa pemerintahan Raja Henry VIII.Di bawah anaknya, Edward VI Gereja ini secara teologis menjadi lebih radikal, namun kemudian sebentar bergabung kembali dengan Gereja Roma pada masa pemerintahan Ratu Mary I, pada 1555.Di bawah Elizabeth I dibentuklah sebuah Gereja yang mapan (artinya, takluk kepada dan merupakan bagian dari negara), yang agak bersifat protestan, Katolik, dan apostolik.Gereja ini mengakomodasi posisi-posisi teologis yang merentang luas, yang menjadi cirinya sejak saat itu.
d.      Gereja Katolik
Reaksi dari Gereja Katolik Roma atas gerakan reformasi ini adalah “Kontra – Reformasi” atau “Gereja Pembaharuan Katolik”. Gerakan pembaharuan ini dimulai dengan menyelenggarakan Konsili Trente (1545 – 1563), Gereja Katolik berusaha untuk menyingkirkan kesesatan-kesesatan dalam Gereja dan menjaga kemurnian Injil”. Konsili juga menegaskan posisi Katolik dalam hal-hal yang disangkal oleh pihak reformasi (Soal Kitab Suci dan Tradisi, Penafsiran Kitab Suci, Pembenaran, jumlah sakramen-sakramen, kurban misa, imamat dan tahbisan, pembedaan imam dan awam serta lain-lainnya).
      Konsisi Trente dan sesudahnya menekankan Gereja sebagai penjaga iman yang benar dan utuh, ditandai dengan sakramen-sakramen. Khususnya ekaristi yang dimengerti serta dirayakan sebagai kurban sejati. Gereja bercorak hierarkis yang dilengkapi dengan jabatan-jabatan Gerejani dan imamat yang berwewenang khusus dalam hal merayakan ekaristi, melayani pengakuan dosa; Gereja adalah kelihatan dan ini menjadi jelas dalam lembaga kepausan sebagai puncaknya; Gereja mewujudkan diri sebagai persekutuan para kudus lewat penghormatan pada mereka (para kudus); Gereja menghormati tradisi.

2. CIRI-CIRI PROTESTANTISME DAN PERBEDAANNYA DENGAN GEREJA KATOLIK
a.      Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, sakramen, dan anugerah iman. Gereja yang benar ini tidak kelihatan dan tidak identik dengan Gereja-gereja yang kita ketahui anggota dan susunannya.
b.  Kitab Suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Maka, sola scriptura (diselamatkan karena Kitab Suci) adalah prinsip formal protestantisme. Alkitab menerangkan sendiri artinya kepada setiap orang yang membacanya, sehingga Gereja tidak berwenang memberi tafsiran otentik
c.       Pembenaran dari semula sampai selesai semata-mata rahmat Ilahi (Sola Gratia). Tuhan menyatakan orang beriman benar bukan karena ia benar, melainkan karena kebenaran yang lain, yaitu kebenaran Kristus yang dikenakan padanya. Perbuatan baik manusia adalah buah rahmat ilahi semata-mata, tetapi tidak berarti untuk memperoleh pembenaran. Maka, keselamatan diharapakan hanya dari Sabda Ilahi saja.
d.      Sabda Ilahi adalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab, Kotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.
e.      Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui, sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara eksistensial.

3. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA KATOLISISME DAN PROTESTANTISME
Persamaan antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan jelas sangat banyak dan menyangkut hal-hal yang sangat fundamental, karena berasal dari Yesus Kristus yang diakui oleh keduanya sebagai dasar Gereja. Keduanya mengakui Allah yang sama, para nabi, Kitab suci, dan syahadat yang sama.
Perbedaanya;
KATOLIK
PROTESTAN
Tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen (tanda kelihatan) dari karya keselamatan Allah
Tekanan pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya Allah
Kultis, yang mementingkan kurban (Ekaristi) Hubungan dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus
Profetis, yang berpusat pada sabda (pewartaan). Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja
Gereja secara hakiki bersifat hirarkis
Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia
Kitab Suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki
Setiap orang membaca dan mengartikan Kitab Suci
Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika yaitu: 1, 2 Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Tobit, Yudith dan Baruk
Jumlah Kitab Suci 66, tidak termasuk Deuterokanonika
Ada 7 sakramen
Ada 2 sakramen, yaitu sakramen Baptis dan Ekaristi/Perjamuan
Ada devosi kepada para Kudus
Tidak menerima devosi kepada para kudus

4. USAHA UNTUK BERDIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR-SESAMA GEREJA KRISTUS
Gerakan ekumenis ialah: kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi dalam rangka mendukung kesatuan umat Kristen, misalnya:
·      Upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian, dan tindakan-tindakan yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah, dankarena itu mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka.
·         Melaksanakan dialog, terutama dialog kehidupan, dialog karya
·         Menyelenggarakan kerja sama demi kesejahteraan umum
·         Doa bersama atau ibadat bersama sejauh memungkinkan dapat dilaksanakan sebagai puncak dari suatu kegiatan yang bersifat ekumenis.

      II.            BERDIALOG DENGAN UMAT ISLAM
1.      Pengertian Islam
Islam (bahasa Arab) berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, masuk ke dalam suasana damai, sejahtera, dan hubungan serasi, baik antarsesama manusia maupun antara manusia dan Allah. Islam merupakan agama monoteis dengan tekanan kuat pada  Allah yang Mahabesar. Monoteisme Islam (yang disebut tauhid) sedemikian ditekankan sehingga takada toleransi sedikit pun terhadap apapun juga yang dapat mengaburkan keesaan Allah. Syirk atau
“mensyarikat-kan Allah” berarti menempatkan sesuatu, betapapun kecilnya, di samping atau sejajar dengan Allah.Syirk merupakan dosa yang terbesar.

2.      Beberapa Ajaran pokok Agama Islam
a.      6 (enam) Rukun Iman Islam
1.      Percaya kepada Allah yang Mahaesa dan Muhammad sebagai rasul Allah
2.      Percaya kepada Malaikat
3.      Percaya kepada Kitab Suci
4.      Percaya kepada Rasul
5.      Percaya kepada Hari Kiamat
6.      Percaya kepada Takdir Ilahi

b.      5 (lima) Rukun Islam
1.      Syahadat
2.      Sholat lima waktu
3.      Saum (puasa dalam bulan ramadhan
4.      Zakat
5.      Haji (naik haji ke Mekah)

3.      Ajaran Islam tentang sikap Islam terhadap agama lain
a.      Surat Al Baqarah 62
Dalam hubungannya dengan agama lain, agama Islam mempunyai sikap dasar toleransi yang tinggi. Toleransi Islam digariskan langsung dalam Al-Quran. Misalnya dalam Sura Al Baqarah 62 disebutkan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang Yahudi dan Nasrani dan Kaum Shobiin itu adalah orang-orang yang percaya kepada Allah, hari kiamat dan beramal soleh maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya, dan tidak ada ketakutan bagi mereka dan juga tidaklah mereka merasa patah hati.”
b.      Surat Al Madiah 83
Dalam sura Al madiah 82 juga disebutkan: ”Dan sesungguhnya kamu akan mendapatkan orang-orang yang paling dekat rasa kasih sayangnya kepada orang-orang mukmin ialah mereka yang menyatakan dirinya kami adalah orang-orang Nasrani.”Dalam Islam juga ada keyakinan bahwa tidak ada paksaan dalam hal memeluk agama. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri telah banyak memberi contoh bagaimana ia menghormati dan menyayangi orang yang beragama lain.

4.      Ajaran Katolik tentang Sikap Kita terhadap Islam
Dalam Dekrit Konsili Vatikan II, tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen (Nostra Aetate 3), sikap gereja Katolik terhadap Islam dirumuskan sebagai berikut:
“Gereja juga mengharagai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belas kasihan, maha kuasa pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia.Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat rahasia, seperti dahulu Abraham – iman Islam dengan suka rela mengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada Allah.Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga mengormati Maria Bunda-Nya yang tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya. Selain itu mereka mendambakan Hari Pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang yang telah bangkit, maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberi sedekah, dan berpuasa.

5.      Bentuk-bentuk dialog

a.      Dialog Kehidupan
Dalam kehidupan bermasyarakat dapat terjadi bahwa kita berdampingan dan bertetangga dengan sesama saudara yang Islam.Kita harus berusaha untuk hidup rukun dan saling bertegur sapa.
b.      Dialog Karya
Ada banyak karya demi kepentingan umum dan demi kemanusiaan yang mendorong kita untuk bekerja sama. Dalam kerja sama itu kita akan lebih dekat dan lebih mengenal satu sama lain

c.       Dialog teologis (Doktrin)
Ada banyak ajaran Islam yang indah dan menyelamatkan. Konsili Vatikan II mengatakan bahwa dalam agama Islam pasti ada banyak kebenaran dan keselamatan yang dapat kita timba.Demikian juga sebaliknya.

d.      Dialog Iman
Kita saling mensharingkan kesaksian hidup kita sebagai orang beriman: dapat juga saling meneguhkan.

6.      Menghilangkan rasa Curiga dan Membangun Persaudaraan Sejati
a.      Hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan dialog antara lain:
·         Sikap saling curiga satu sama lain
·         Isue Kristenisasi dan Islamisasi
·         Takut dan curiga
·         Menutup diri
·         Menganggap diri paling baik dan yang lain salah dan sebagainya
b.      Kita dapat menghilangkan sikap saling curiga dan arogansi antara lain dengan:
·         Saling membuka diri, berusaha untuk saling mengenal
·         Saling mengunjungi dalam kesempatan-kesempatan tertentu
·         Bahu-membahu untuk menyelesaikan masalah bersama
·         Saling menghormati

    III.   BERDIALOG DENGAN UMAT HINDU, BUDHA, KONGHUCU, ALIRAN KEPERCAYAAN DAN AGAMA ASLI
1.      Agama Hindu
§  Agama Hindu masuk ke Indonesia tahun 1993, dengan nama agama Hindu Dharma. Ibadat dalam agama Hindu merupakan unsur yang sangat pokok, berupa upacara-upacara harian yang dilaksanakan di tempat-tempat dan pada saat-saat yang berkaitan erat dengan irama hidup manusia setiap hari seperti sekitar rumah tinggal, sumber-sumber air, persawahan, pada waktu matahari terbit, dan matahari terbenam, serta waktu-waktu penting lainnya.
§  Kitab-kitabnya: Weda, Usana bali dan juga Upanisad
§  Ajaran yang pokok.
Yang menjadi tujuan pokok hidup manusia menurut Hindu Dharma adalah mokhsa, yaitu pembebasan dari lingkaran reinkarnasi yang tak habis-habisnya. Pembebasan atau mokhsa ini dapat dicapai melalui tiga jalan (trimarga), yaitu;
*      karma marga: askese badani, yoga, tapa, ketaatan pada aturan-aturan kasta.
*      jnana marga: askese budi, mengheningkan cipta dalam meditasi, dengan tujuan semakin menyadari kesatuan dirinya dengan sang Brahma
*      bhakti marga: orang menyucikan diri dengan penyerahan diri seutuhnya menuju pertemuan dalam cinta kasih dengan Tuhan.
§  Kasta-kasta:  brahmana, kesatria (keduanya menjadi kasta bangsawan), waiseya (petani, prajurit, dan pedagang), sudra/jaba (rakyat jelata). Di luar keempat kasta ini masih ada kelompok kelima yang disebut paria, yakni: mereka yang tersisih, tak mempunyai tempat sosial, marginal, dan terbuang.
§  Hari Raya: Hari Nyepi sebagai hari besar keagamaan. Ada juga hari raya Galungan (yang jatuh pada hari Rabu Kliwon) dan Wuku Dungulan (setiap 20 hari sekali).

2.      Agama Budha
§  Pendiri: Sidharta Gautama (554 – 478 SM)
§  Inti ajaran Agama Budha:  Catur Arya Satya, yaitu Empat kesunyataan atau kebenaran mulia, yaitu:
*      Dukha-Satya: hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan
*      Samudaya-Satya: penderitaan disebabkan karena manusia memiliki keinginan dan nafsu
*      Nirodha-Satya: penderitaan itu dapat dilenyapkan (mokhsa) dan orang mencapai nirwana dengan membuang segala keinginan dan hawa nafsu.
*      Marga-Satya: jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam nirvana adalah delapan jalan utama yaitu: keyakinan yang benar, pikiran yang benar, perkataan yang benar, perbuatan yang benar, penghidupan yang benar, daya upaya yang benar, perhatian yang benar, dan semedi yang benar.
§  Hari Raya: Waisak

3.      Agama Konghucu
§  Pendirinya: Konghucu. Ia Lshir di kota Tsow di negeri Lu dataran Cina. Ia ditinggal bapaknya waktu ia masih berusia 3 tahun dan pada usia 26 tahun ibunya juga meninggal dunia. Sejak kecil ia suka berdoa. Dalam permainan dengan teman sebayanya, ia suka memerankan diri sebagai seorang yang memimpin doa. Pada masa mudanya, ia sangat berhasil dalam tugasnya di dinas pertanian dan peternakan. Ia berhasil menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Konghucu tumbuh menjadi seorang yang jujur, hidup sederhana, dan suka memberi nasehat orang lain. Ia dikenal sebagai guru dan pemimpin yang bijaksana. Ajaran-ajaran Konghucu terus dipelihara oleh pengikutnya dan dihayati sebagai jalan hidup.
§  Inti Ajaran Konghucu
Konghucu sangat mementingkan ajaran moral. Jika setiap orang dapat mengusahakan keharmonisan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan maka akan tercipta perdamaian Allah. Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konghucu adalah menjadi seorang Kuncu (manusia budiman). Seorang kuncu adalah orang yang memiliki moralitas tinggi yang mendekati moralitasSang Nabi (Konghucu).Agama Konghucu sangat menghormati arwah leluhur.Tuhan yang Maha Esa disebut Tuhan.

4.      Aliran Kepercayaan
§  Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa mementingkan sikap batin dan berkisar pada ilham dari diri sendiri, yakni:
ü  Peningkatan integrasi diri manusia (melawan pengasingan)
ü  Pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih tinggi
ü  Partisipasi dalam tata tertibsempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia biasa.
Aliran-aliran kepercayaan ingin mencapai budi luhur untuk meraih kesempurnaan hidup. Hal itu dilakukan secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok perguruan. ”Umat” dalam aliran kepercayaan sulit dibatasi.Organisasi tidak dipentingkan, sumbernya adalah tradisi agama-agama asli.
§  Kaitan antara Aliran Kepercayaan dan Agama Asli
Aliran kepercayaan tidak langsung berkembang dari agama asli, tetapi unsur-unsur kebatianan, kerohanian, atau mistisisme dan kejiwaan yang mengembangkan budi pekerti serta adat etis, sudah ada dalam agama asli nusantara. Agama-agama asli di Indonesia dalam peredaran zaman mengalami banyak tantangan, tidak hanya dari yang disebut “agama internasional: tetapi juga dari perkembangan kebudayaan dan modernisasi. Menurut kepercayaan asli seluruh alam merupakan satu kesatuan sakral, yang didekati manusia melalui sistem penggolongan dan pembagian. Pandangan hidup ini tidak cocok dengan alam pikiran modern, dan memaksa para penganut agama asli mengubah cara berpikir dan mereka menemukannya pada aliran kepercayaan itu. Orang mulai menggali harta terpendam dari pusaka kebudayaan asli. Dengan demikian, tradisi nenek moyang berkembang menjadi suatu kebudayan rohani, yang unsur-unsurnya menyangkut prilaku, hukum, dan ilmu suci.

§  Ibadat dan Pembinaan
Unsur ibadat menjadi amat sederhana, sebab yang pokok adalah kesadaran dan keyakinan serta hati nurani.Pertemuan-pertemuan diarahkan pertama-tama kepada pembinaan hati, serta menghaluskan budi pekerti dalam tata pergaulan.Tujuannya adalah pendidikan, bukan kebaktian, sebab setiaporang menemukan Tuhan dalam hatinya sendiri.Dengan membersihkan hati serta mengembangkan kedewasaan rohani, maka dengan sendirinya dimaksud sebagai pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan Allah yang diwujudkan dalam prilaku ketakwaan terhadap Tuhan.Peribadatan merupakan  pengalaman budi luhur, bukan suatu kebaktian lahiriah, maka juga tidak ada tempat atau petugas ibadat. Semua bersifat batiniah.

Agama Marapu adalah "agama asli" yang masih hidup dan dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.Adapun yang dimaksud dengan agama Marapu ialah sistem keyakinan yang berdasarkan kepada pemujaan arwah-arwah leluhur (ancestor worship). Dalam bahasa Sumba arwah-arwah leluhur disebut Marapu, berarti “yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”. Karena itu agama yang mereka anut disebut Marapu pula. Marapu ini banyak sekali jumlahnya dan ada susunannya secara hirarki yang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Marapu dan Marapu Ratu.Marapu ialah arwah leluhur yang didewakan dan dianggap menjadi cikal-bakal dari suatu kabihu (keluarga luas, clan), sedangkan Marapu Ratu ialah marapu yang dianggap turun dari langit dan merupakan leluhur dari para marapu lainnya, jadi merupakan marapu yang mempunyai kedudukan yang tertinggi. Kehadiran para marapu di dunia nyata diwakili dan dilambangkan dengan lambang-lambang suci yang berupa perhiasan mas atau perak (ada pula berupa patung atau guci) yang disebut Tanggu Marapu. Lambang-lambang suci itu disimpan di Pangiangu Marapu, yaitu di bagian atas dalam menara uma bokulu (rumah besar, rumah pusat) suatu kabihu.
Walaupun mempunyai banyak Marapu yang sering disebut namanya, dipuja dan dimohon pertolongan, tetapi hal itu sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya Yang Maha Pencipta. Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur itu sendiri, tetapi kepada Mawulu Tau-Majii Tau (Pencipta dan Pembuat Manusia), Tuhan Yang Maha Esa.Pengakuan adanya Yang Maha Pencipta biasanya dinyatakan dengan kata-kata atau kalimat kiasan, itu pun hanya dalam upacara-upacara tertentu atau peristiwa-peristiwa penting saja.Dalam keyakinan Marapu, Yang Maha Pencipta tidak campur tangan dalam urusan duniawi dan dianggap tidak mungkin diketahui hakekatnya sehingga untuk menyebut nama-Nya pundipantangkan.

   IV.            BERBAGAI BENTUK DIALOG
Ada berbagai bentuk dialog yang dapat kita kembangkan dengan saudara-saudari umat Hindu, Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan agama asli, antara lain sebagai berikut:
*      Dialog Kehidupan
Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul dan saling mendukung serta saling membantu satu samalain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutansopan santun dan etikapergaulan, tetapi juga tuntutan iman kita.

*      Dialog Karya
Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk bekerja sama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerja sama dalam kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dsb.
*      Dialog Iman
Dalam hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya, walaupun kita berbeda agama. Ada banyak ajaran iman yang sama, ada bayak visi dan misi agama yang sama. Lebih dari itu semua, kita memiliki perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya. Dari pihak kita, umat Katolik, dapat memberikan kesaksiaan iman kita tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai Injili seperti: cinta kasih, solidaritas, pengampunan, pemaafan, kebenaran, kejujuran, keadilan, perdamaian, dsb.

     V.            APA YANG KITA PELAJARI.
*      Dari Agama Hindu dan Budha (juga aliran kepercayaan), kita dapat belajar, misalnya, tentang penekanan pada hal-hal batin. Agama Hindu dan Budha sangat menekankan doa batin, meditasi, kontemplasi. Yoga dan berbagai seni bermeditasi lainnya sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia.
*      Dari agama Konghucu, kita dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup yang baik. Agama konghucu dan agama Budha adalah agama moral.
*      Dari aliran Kepercayaan dan agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya akan keharmonisan seluruh kosmis ini. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya ini, yang tidak boleh dirusakkan. Maka, umat agama asli selalu membuat upacara sebelum mereka mengolah tanah atau menebang pohon, semacam tindakan minta izin kepada sesama saudara sekehidupan.
*      Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini, kita dapat menimba inspirasi dari agama asli.
                           
   VI.             EVALUASI
1.      Jelaskanlah pengertian istilah sola fide, sola scriptura, sola gratia!
2.      Jelaskanlah ciri-ciri protestantisme!
3.      Jelaskanlah perbedaan dan persamaan antara Katolisme dan Protestantisme!
4.      Sebutkanlah 6 rukun iman Islam dan 5 hukum Islam!
5.      Sebut dan jelaskanlah bentuk-bentuk dialog!
6.      Jelaskanlah ajaran pokok dalam agama Hindu!
7.      Jelaskanlah Inti Ajaran Agama Budha!
8.      Jelaskanlah inti ajaran agama Konghucu!
9.      Jelaskanlah inti ajaran Aliran Kepercayaan!
10.  Apa yang dapat kita pelajari dari agama Hindu, Budha, Konghucu, aliran Kepercayaan dan agama asli?










Tidak ada komentar:

MATERI PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS XII: BAB V PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA INDONESIA

BAB V PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM  MEMBANGUN BANGSA INDONESIA                A.    Situasi Negeri kita saat ini 1.       ...