Minggu, 01 Desember 2019

MATERI PELAJARAN AGAMA KATOLIK KLS XII: BAB III KEBERAGAMAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT









BAB III
KEBERAGAMAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT



 





     Kemajemukan Bangsa Indonesia

1.      Keanekaragaman yang ada di dalam masyarakat kita pada saat ini
·               Suku: Batak, Jawa, Nias, Cina
·               Budaya: Sunda, Jawa, Flores, Batak
·               Gaya Hidup: menetap, sukaberkumpul
·               Agama: Islam, Hindu, Katolik, Protestan
·               Bahasa: Sunda, Hindu, Jawa
·               Pulau: Jawa, Flores, Kalimantan
Sikap-sikap yang harus dimiliki berhadapan dengan perbedaan:
§  Saling menghormati antara satu kelompok dengan kelompok yang lain
§  Mencari dan berusaha menemukan titik kesamaan. Semangat kesatuan itu membuat Indonesia merdeka
2.      Dua hal yang perlu diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan, yaitu:
§    Membongkar sikap eksklusif
Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian. Dengan demikian, diperlukan pula usaha-usaha untuk menghapus sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masyarakat yang ada.
§    Membangun semangat inklusif
Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama, bukan sebagai modal untuk memunculkan suatu konflik/perselisihan. Kecuali itu, perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis dan dinamis. Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur dan sejahtera. Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab dan mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama dan ras.

3.      Pandangan Kitab Suci mengenai Keberagaman tersebut
v  Pada bagian awal Kitab Kejadian (Kejadian 1: 1-2; 25)
   Tentang kisah penciptaan: hari ke-1 sampai dengan hari ke-6, Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, entah itu ciptaan yang bernapas maupun yang tidak bernapas. Allah menciptakan terang dan gelap, siang dan malam, memisahkan diri dari daratan. Tidak ada makhluk yang sama satu dengan yang lain.  Pluralitas yang ada dan terkadang bukan ditujukan untuk terbentuknya kelompok eksklusif yang dapat memicu munculnya konflik atau pertentangan.

v  Pengalaman Bangsa Israel.
   Bangsa Israel memiliki kebanggan yang tidak dapat disamai oleh bangsa-bangsa lain sampai hari ini. Dalam perjalanan waktu Bangsa Israel menyebut Tuhan dengan disertai nama Abraham dan keturunannya: Allah Abraham, Ishak, Yakub. Berbicara mengenai keturunan berarti berbicara mengenai proses. Kebanggan bangsa Israel  semakin dipertegas dengan dipilihnya Yakub oleh Allah. Ketika mereka diperbudak di Mesir.Rasa senasib itu semakin kuat sehingga mereka bisa menyelamatkan diri.

v  Pada Zaman Yesus.
            Bangsa Israel dijajah Bangsa Romawi, ada perbedaan antara orang Samaria dan orang Yahudi. Rasa kebangsaan orang Yahudi karena ada keyakinan dan harapan akan janji Allah yang diberikan kepada mereka.

4.      Tindakan-tindakan konkret yang dilakukan dalam menghadapi keanekaragaman yang ada dalam masyarakat:
·         Toleransi terhadap kehadiran agama, budaya dan suku lain
·         Membangun semangat dialog: membersihkan lingkungan tempat tinggal
·         Bergaul tanpa memandang suku, agama, dan ras
5.      Keprihatinan-keprihatinan hidup manusia yang dapat merusak kedamaian dan persatuan bangsa:
·         Keretakan hidup berbangsa dan bernegara dan formalisme agama
·         Korupsi           
·         Kemiskinan
·         Pengangguran
·         Kriminalitas
·         Kekerasan dalam Rumah Tangga
·         Lingkungan Hidup yang rusak
6.      Faktor-faktor yang menyebabkan timbunya keprihatinan-keprihatinan:
Gereja menyadari dirinya sebagai bagian integral dari masyarakat dan dunia sehingga umat Katolik tidak mungkin untuk menutup diri dan tidak peduli terhadap apa yang terjadi di luar Gereja. Kesadaran akan adanya kewajiban inilah yang memungkinkan umat Katolik memiliki motivasi untuk ambil bagian dalam penanganan keprihatinan masyarakat dan dunia.
7.      Sikap dan perjuangan Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat manusia demi terwujudnya Kerajaan Allah
Sebagaimana diuraikan dalam refleksi SAGKI, Gereja hendak membaharui hidup dalam Habitus Baru.Perubahan diri, dalam arti pertobatan, hendaknya dimengerti sebagai kembali kepada misteri natal. Bertobat bukan hanya berarti perubahan hidup dari buruk/bersekutu dengan dosa berubah menjadi baik, tetapi harus dimengerti secara radikal, yaitu perubahan dari baik menjadi lebih baik; kalau sudah lebih baik berubah lagi menjadi terbaik atau sempurna. Umat katolik belum sempurna menjadi murid Kristus jika baru sampai pada level menjadi orang baik saja. Umat Katolik dituntut mempunyai semangat magis. Semangat magis adalah semangat dalam diri orang yang menandakan bahwa orang itu sendiri menginginkan yang terbaik dalam segala hal. Oleh karena itu, orang itu tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, mereka tidak memamerkan keunggulannya pada orang lain, serta tidak meremehkan orang lain.
Mendalami Keanekaragaman dan Kesatuan Suatu Bangsa dalam Terang Iman Kristiani

1.    Mendalami  Ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja

a.    Mendalami Ajaran Pesan Kitab Suci

1)   Menyimak Ajaran Kitab Suci

Kejadian  35:1-15
1Allah berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu."2 Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.3 Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh."4 Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem.5 Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar.6 Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan -- yaitu Betel --, ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia.7 Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya.8 Ketika Debora, inang pengasuh Ribka, mati, dikuburkanlah ia di sebelah hilir Betel di bawah pohon besar, yang dinamai orang: Pohon Besar Penangisan.9 Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia.10 Firman Allah kepadanya: "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu." Maka Allah menamai dia Israel.11 Lagi firman Allah kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu.12 Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu."13 Lalu naiklah Allah meninggalkan Yakub dari tempat Ia berfirman kepadanya.14 Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya.15 Yakub menamai tempat di mana Allah telah berfirman kepadanya "Betel".
Yohanes 4:1- 42
    1Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes. 2 meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, 3 Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea.4Ia harus melintasi daerah Samaria. 5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 7Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." 8  Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 9Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria) 10Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." 11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" 13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, 14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." 15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." 16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." 17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, 18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." 19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22  Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." 26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." 27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" 28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:  "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" 30 Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." 32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." 33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" 34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka." 39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." 40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 41  Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.
2)   Penjelasan

-       Pada saat Mesias datang, bangsa Yahudi sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena mereka lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya .
-       Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob.
-       Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat-istiadat maupun agamanya. Dalam praktek hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk suku/golongan tertentu, tetapi untuk semua orang.

b.   Mendalami ajaran Gereja

1)   Menelusuri  ajaran Gereja

“Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata: “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” (1Yoh 4:8).  Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (1Ptr 2:12), dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang[13], sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di sorga”. (NA.5)
Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menhendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” (Kis 17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri.
Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci,  bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama: “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” (Rom 13:9-10; lih. 1Yoh 4:20). Menjadi makin jelaslah, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu.
Bahakan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” (Yoh 17:21-22), dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akalbudi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikandirinya” (GS.24)
a)   Apa pesan  ajaran Ggereja dalam  Nostra Aetate (NA) artikel 5 diatas?
b)   Apa pesan ajaran Gereja dalan Gaudium et Spes (GS) artikel 24 diatas?
c)    Apa sikap umat kristiani yang diharapkan?

2)   Penjelasan

Sikap Yesus harus menjadi sikap setiap orang Kristiani, maka perlu diusahakan, antara lain:
a)   Sikap-Sikap yang Bersifat Mencegah Perpecahan
-       Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian dengan menghapus sekat-sekat dan pengkotak-kotakan masyarakat menurut kelompok-kelompok agama, etnis, dll.

b)   Sikap-Sikap yang Positif/Aktif
-       Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
-       Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis.
-       Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan sejahtera.
-       Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab.
-       Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.

Evaluasi:
1.    Jelaskanlah keanekaragaman yang ada di masyarakat Indonesia pada saat ini?
2.    Bagaimana pandangan Kitab Suci mengenai keberagaman yang ada? Jelaskan!
3. Sebutkanlah keprihatinan-keprihatinan hidup manusia yang dapat merusak kedamaian dan persatuan bangsa!
4.    Jelaskanlah sikap dan perjuangan Gereja dalam mengupayakan perdamaian dan persatuan umat manusia demi terwujudnya Kerajaan Allah!

Tidak ada komentar:

MATERI PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS XII: BAB V PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM MEMBANGUN BANGSA INDONESIA

BAB V PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM  MEMBANGUN BANGSA INDONESIA                A.    Situasi Negeri kita saat ini 1.       ...